Jumat, 09 Desember 2011

Diki is always here,,, write some notes nad new memories for we all... come and join me :)
Artikel “ Bela Negara dalam Bingkai Persatuan dan Kesatuan Bangsa “
Tema :Interpretasi Nasionalisme Generasi Muda Masa Kini dan Lalu
Artikel ini ditujukan Kepada :
Yth. Panitia Parade Cinta Tanah Air (PENTA)
Tk SMA se-Kota Bandung 2011





Interpretasi Sumpah Pemuda dan Nasionalisme Generasi Muda Saat Ini
Diki Ramdani (Kota Bandung)
” …Tak usah kau lihat masa lalu mu..!!! ”
Rasanya ucapan seperti itu selalu terdengar ditelinga kita,seolah-olah memotivasi kita agar sesegera mungkin menghadapi segala sesuatu yang ada di depan kita.Tidak sadar kah?atau tidak pedulikah kita akan pelajaran masa lalu yang lebih berharga?
Memaknai arti sesungguhnya akan Sumpah Pemuda yang pernah diikrarkan pada 28 Oktober 1928 silam membuat kita menyadari bahwa NKRI pernah mengalami suatu masa dimana Persatuan dan Kesatuan Bangsa menjadi interpretasi utama yang diprioritaskan. Salah satu makna paling menonjol dari peristiwa Sumpah Pemuda ini adalah menguatnya semangat nasionalisme di kalangan pemuda saat itu. Menarik untuk mempertanyakan bagaimana pula dengan semangat nasionalisme dan kepeloporan pemuda hari ini? Pertanyaan ini acap kali muncul di tengah keprihatinan berbagai kalangan yang mengkhawatirkan semakin lemahnya eksistensi dan posisi politik pemuda masa kini, terutama dalam mengemban misi kebangsaan.
Sampai dengan saat ini,kebanyakan masyarakat salah pengertian akan makna Nasionalisme yang sebenarnya.Mayoritas memaknai bahwa Nasionalisme adalah “wujud cinta Indonesia” atau “ semangat tanah air”.Begitu juga dalam obrolan sehari-hari,secara langsung kata-kata Nasionalisme selalu terucapkan.Contoh :
“Menjelang peringatan HUT RI yang ke 66 ini,warga di setiap daerah memperingati nya dengan banyak kegiatan perlombaan khas kemerdekaan,begitu pula dengan menghias jalan dan gapura dengan bendera merah putih sebagai wujud nasionalisme yang tinggi”
Atau “Katanya Nasionalisme, kok pake bahasa inggris?”
“Bagaimana cara menunjukkan Nasionalisme kita?”
Itu semua adalah contoh penggunaan (yg datang dari pemaknaan) Nasionalisme yang salah.Dalam bahasa sederhana, Nasionalisme adalah paham yg percaya bahwa perbedaan dalam sebuah negara harus dipersatukan.Jelas berbeda bukan?Kembali kepada penggunaan istilah, selama ini rakyat Indonesia memang sering salah kaprah dalam menggunakan istilah.Sehingga makna Nasionalisme diatas lebih pantas apabila diganti dengan menggunakan kata “kecintaan” atau “rasa cinta”.
Interpretasi Nasionalisme Pemuda Masa Kini dan Masa Lalu
Nasionalisme adalah ketika kita menyadari dan percaya bahwa suatu perbedaan harus dipersatukan.Lantas apa yang harus kita persatukan?Sejak zaman penjajahan,Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam golongan yang memiliki latar belakang kehidupan sosial budaya yang berbeda di tiap-tiap daerahnya.Entah itu kepercayaan dan cara hidup yang selalu dijalani di masing-masing daerah,maupun dari pandangan hidup.Disinilah Nasionalisme dibutuhkan,lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 silam tersebut menggambarkan bahwa perbedaan yang ada di Indonesia harus dipersatukan agar terciptanya suatu jalinan kebersamaan dalam sebuah jati diri bangsa yang sebenarnya.Ketika Persatuan dan Kesatuan telah terbentuk,maka mudahlah bagi Negara Indonesia untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa nya.
Mungkin bagi mereka yang sudah dewasa masih mengingat bagaimana cerita perjuangan hingga pahlawan kita bisa melahirkan Hari Sumpah Pemuda. Tidak hanya cerita, di sekolah pun dalam pelajaran sejarah dikupas secara mendalam, bahkan isi dari Sumpah Pemuda itu wajib dihapalkan oleh setiap siswa.
Namun saat ini generasi muda bangsa ini justru melupakan makna Sumpah Pemuda itu. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan para pemuda 83 tahun yang lalu sudah tidak tergambarkan saat ini. Aksi tawuran yang sering terjadi banyak melibatkan kalangan generasi muda.Yang lebih miris lagi, aksi tawuran ini dilakukan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa, yang notabene tulang punggung negeri ini. Tidak hanya terjadi di Jakarta, aksi tawuran ini juga terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia.
Masyarakat di mana pun sudah pasti gerah melihat aksi tawuran pelajar, mahasiswa, atau siapapun juga. Mahasiswa seharusnya memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga tidak perlu menyelesaikan masalah dengan tawuran. Perilaku tawuran mereka itu sama saja berarti mereka mempelajarinya di bangku kuliah selain pengetahuan-pengetahuan yang lain.Entah apa yang menjadi pemicunya sehingga mereka bisa berbuat seperti itu? Jawabannya memang klise, hal ini akibat dari perkembangan jaman, dan perkembangan jaman itu juga berdampak pada perkembangan pola pikir.
Tapi, apakah pola pikir itu serta merta juga membuat generasi muda di negeri ini melupakan nilai-nilai sejarah? Diyakini generasi muda saat ini banyak yang tidak tahu jika kita menanyakan siapa saja tokoh yang terlibat pada sumpah pemuda 83 tahun yang lalu.
Menyikapi permasalahan ini, sudah selayaknya kita meminta kepada kalangan generasi muda agar nilai-nilai Sumpah Pemuda harus terus dihayati, dalam menghadapi berbagai persoalan nasional maupun internasional.Itulah sebabnya mengapa begitu erat sekali kaitan antara Sumpah Pemuda dengan Nasionalisme,Sumpah Pemuda merupakan komitmen Generasi muda untuk tetap bersatu,dari Jong Sabang sampai Merauke dan dari sinilah lahir jiwa-jiwa muda sebagai para Nasionalis yang berlandaskan pada Bhinneka Tunggal Ika.
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.
Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Kini,yang tersisa hanyalah sisa-sisa perjuangan yang telah tertutup waktu yang telah lalu.Hampir setiap saat generasi muda saat ini tidak pernah menghargai maupun memaknai pejuangan para pendahulu nya.Dengan semangat jiwa Nasionalis,maka marilah sebagai generasi muda yang menjadi andalan tanah air,melanjutkan perjuangan yang belum terselesaikan.Bukan lagi perang senjata,namun kemiskinan,korupsi dan kebodohan lah yang harus kita perangi.Atau mungkin,musuh itu adalah diri kita sendiri.














Biodata Penulis

Nama Peserta : Diki Ramdani
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung 22 Februari 1995
Kelas : XII KBPU I
Nama dan Alamat Sekolah : SMKN 12 Bandung Jl.Pajajaran No.92
No Telp Sekolah : 022-683055
No Telp/HP Peserta : 08987125752
Alamat E-mail Sekolah : www.terbang12.net
Alamat E-mail Peserta : ramdanidiki20@yahoo.co.id









Daftar Pustaka

Adlan . (November 28th, 2010) ,Kebangkitan Nasional danNasionalisme Kaum Muda
Petrus, (2011),Phena of Phice
Pragiwaksono,Panji. (2011),Makna Nasionalisme,Jakarta
Salma, Isza. (2009) Sumpah Pemuda dan Pemuda Masa Kini
http://paradecintatanahair.wordpress.com
www.kemenhan.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar