Minggu, 23 Februari 2014

Selamat Jalan Nabila (Nabila dan Fahri)


Selamat Jalan Nabila
(Nabila dan Fahri)
Siapa yang tahu rencana Tuhan ? Tidak ada ! Satupun dari kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi pada diri kita, sekalipun menebak-nebak, kenyataanya selalu tidak sesuai dengan harapan. Ya, itulah yang dialami Nabila, gadis remaja berusia 17 tahun itu kini hanya bisa terbaring kaku di sebuah kamar rumah sakit, berharap Tuhan menyembuhkanya, atau dengan segera mengakhiri waktu hidupnya. Tidak ada pilihan lain.Rasanya belum lama ini, kondisi Nabila masih baik-baik saja, kecelakaan yang dialami Nabila membuatnya harus pasrah dengan takdir yang diberikan Tuhan.
Nabila adalah sosok yang selalu ceria, ia duduk dibangku kelas 2 SMA di Kota Bandung. Dikelas, banyak sekali anak-anak pria yang menyukai Nabila, tapi selama ini Nabila tidak mau merespon atau melirik satupun dari mereka yang menyukai dirinya, bukan karena ia sombong atau sok jual mahal, tetapi ia menyimpan perasaan yang tulus untuk seseorang, ia masih memendamnya dan belum berani mengungkapkan rasa cintanya itu, ia pikir, suatu saat nanti, akan ada waktu yang tepat untuk menceritakan perasaanya ini. Nabila tinggal bersama Ibunya, Ayahnya sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ya sekitar tahun 2003, Nabila ditinggal pergi Ayahnya secara tiba-tiba karena sakit. Saat ini Nabila sudah menginjak usia remaja, bersama Ibunya yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, mereka  berjuang untuk bisa bertahan melawan kehidupan yang keras di zaman modern ini. Untungnya bakat Nabila dalam berbicara bisa membuatnya mendapatkan pekerjaan sampingan sambil sekolah dengan menjadi penyiar radio di salah satu stasiun radio swasta di Kota Bandung. Lumayanlah, setidaknya penghasilanya dari bekerja sampingan sebagai penyiar radio bisa sedikit meringankan beban Ibunya untuk membiayai kebutuhan Nabila. Sekitar pukul 07.00 malam ketika Nabila harus pergi ke radio untuk siaran di program acaranya, ia diantar oleh Fahri. Ya, Fahri adalah sahabat Nabila dari kecil. Sosok pria remaja yang sangat tampan dan perhatian kepada Nabila. Tapi mereka hanya bersahabat, tidak lebih. “ Makasih ya ri, jangan lupa loh, dengerin aku siaran malam ini ! “ ungkap Nabila sambil tersenyum kepada Fahri seraya turun dari motor. Fahri mengangguk dan menjawab “ Iya Na, tenang aja, ntar aku request lagu pokoknya ! Oh iya, pulangnya aku jemput ya kayak biasa “ ucap Fahri. Ya, karena Nabila baru selesai siaran jam 10 malam, Fahri selalu bersedia menjemput pulang sahabatnya itu, mungkin Fahri kasihan melihat Nabila yang harus bekerja sambil sekolah dan harus pulang sendirian ditengah malam. Sebagai sahabat, ia rela menjemputnya, dengan ikhlas.
Paginya, sebelum Nabila berangkat ke sekolah, ia ditanya oleh Ibunya, “Apa kamu gak capek siaran malam terus Na ? “ tanya Ibu kepada Nabila. Mendengar pertanyaan itu, Nabila tersenyum, menghela nafas dan menjawab “ Hmmh, gak apa-apa bu, ini kan hobi aku, lagian juga lumayan kan buat nambah-nambah uang sekolah “ lembut sekali jawaban Nabila menjawab pertanyaan Ibunya. Mendengar jawaban dari Nabila, Ibunya tidak tega melarang lebih jauh pekerjaan sampingan yang juga merupakan hobi Nabila itu. “ Ya sudah kalo begitu “ jawab ibu sambil tersenyum dan mengusap rambut Nabila. “Aku berangkat dulu ya bu, Assallamualaikum “ pamit Nabila kepada Ibunya. Sesampainya disekolah, sebelum jam belajar dimulai, Nabila duduk dibangku taman sekolah dan mengobrol dengan beberapa temanya. Tiba-tiba dari belakang ia dikagetkan oleh Fahri “ Daarr ! “ Nabila pun kaget dan sedikit marah “ Fahri ! kirain apaan, ngagetin aja ! “ ucap Nabila. Merekapun duduk ditaman dan mengobrol banyak, tapi ada yang berbeda, wajah Fahri lebih ceria dari biasanya. Ternyata benar, Fahri sedang jatuh cinta kepada teman sekelasnya, namanya Sheila, gadis yang sangat cantik. Mendengar itu, Nabila tersenyum dan menjawab “ Kalo kamu suka, kamu kejar dia Ri, tunjukin kalo kamu pantas buat jadi cowok dia ! “ Fahri pun tampak senang dengan ucapan Nabila, “ Makasih ya na, oh iya, ntar malem pas kamu siaran aku mau request lagu buat dia ya, tapi aku pasti calling dia juga hehehe “ ungkap Fahri sambil tersenyum-senyum sendiri, “ iya iya, siap ri “  jawab Nabila. Seperginya Fahri ke kelas, Nabila yang masih duduk di bangku taman sekolah tiba-tiba berubah ekspresi wajahnya yang tadinya tersenyum, tiba-tiba sedikit sedih. Entah kenapa, tapi wajahnya sedikit murung mendengar cerita Fahri.  Bel sekolah berbunyi, tandanya pelajaran sekolah sudah selesai. Nabila terlihat berjalan sendiri menuju gerbang sekolah untuk pulang, ketika ia berjalan melewati gerbang sekolahnya, suara klakson motor berbunyi dari belakang, ternyata itu Fahri. Nabila kira Fahri akan mengantarnya pulang, tapi ia lihat ada perempuan yang dibonceng Fahri. “ Na, aku duluan ya, kamu hati-hati ya Na! “ sapa Fahri kepada Nabila sambil terlihat senyum kegirangan bisa mulai dekat dengan cewek yang disukainya itu. “ Iya ri, hati-hati ya ! “ jawab Nabila. Fahri pun berlalu dan sama sekali cewek yang diboncengi Fahri tidak menyapa Nabila, entah cemburu atau tidak tapi mungkin dia masih malu untuk menyapa Nabila. Sepanjang perjalanan pulang, didalam angkot, Nabila memandangi jalan, sepertinya ia memikirkan sesuatu, ya ia memikirkan Fahri. Nabila mengingat semua hal yang sudah ia lalui bersama Fahri sahabatnya sejak kecil itu. Dalam hatinya, ia berkata “ Ya Allah, ada apa aku ini,kenapa tiba-tiba aku seperti cemburu kalo Fahri dekat sama wanita lain “ Nabila berhenti memikirkan hal itu ia kembali memandangi jalan lewat jendela angkot tanpa memikirkan Fahri.
Sesampainya dirumah, Nabila bergegas mengganti pakaianya dan langsung pamit kepada Ibunya, “ bu, Nabila pamit ya, ada buku yang harus dibeli untuk semester ini “ pamit Nabila kepada Ibunya yang sedang membersihkan rumah. “Iya Na, berangkat sama siapa? Fahri ? “ tanya Ibu kepada Nabila, mendengar itu, ia hanya tersenyum dan menjawab “ enggak bu, Fahri lagi ada urusan, aku pergi sendiri “ jawabnya sambil tersenyum dan sedikit menghela nafas panjang. “Ya sudah hati-hati ya” ucap Ibunya, Nabila pun pamit dengan mencium tangan Ibunya. Akhirnya ia sampai di toko buku yang ia tuju, dengan gaya yang sederhana, kardigan merah dan celana pendek yang ia kenakan, terlihat sangat cantik sekali Nabila di siang hari itu, ia pun segera menuju rak buku tujuanya yaitu buku Biologi yang menjadi tugas hampir seluruh siswa disekolahnya menjelang ujian praktikum Biologi. Sambil meilih-milih buku, tiba-tiba ia lihat dipojok kanan toko buku, terlihat Fahri yang juga sepertinya sedang mencari-cari buku yang sama. Tapi Fahri tidak sendiri, ia bersama dengan wanita bernama Sheila, teman sekelasnya yang ia kagumi akhir-akir ini. Sontak, Nabila kaget dengan apa yang dilihatnya, tetapi sepertinya Fahri dan Sheila masih kebingungan mencari buku yang ditugaskan dari sekolah. Nabila pun menghampiri mereka. “ Hai, ri, lagi cari buku juga ? “ tanya Nabila, “ Ia Na, oh iya nih, belum kenalan ya, kenalin nih, Sheila “ jawab Fahri sambil sedikit malu-malu mengenalkan Sheila kepada Nabila. Sambil terenyum, Sheila pun menjabat tangan Nabila, “ Hai, aku Sheila, kamu pasti Nabila ya ? Fahri banyak cerita nih tentang kamu ” ucap Sheila kepada Nabila. Mendengar itu Nabila tersenyum seraya menjawab “ Ah, iya, aku Nabila, temen Fahri dari SD “. Merekapun berkenalan dan saling mengobrol satu sama lain, sesekali Nabila menatap wajah Fahri yang dilihatnya berbeda dari biasanya, semenjak bersama Sheila, wajah sahabtnya itu semakin terlihat riang, berbeda sekali. Selesai membeli buku, mereka bertiga pun meninggalkan toko buku, karena motor yang dibawa Fahri hanya bisa digunakan untuk membonceng satu orang, Nabila pun mengalah dan membiarkan Fahri mengantar Sheila untuk pulang. Ya, biasanya kemana-mana Nabila selalu diantar Fahri, tapi sekarang berbeda, Fahri sedang merasakan apa yang dinamakan cinta.
Siang berganti malam, hari ini jadwal siaran Nabila di radio kebetulan sedang kosong, jadi ia bisa diam dirumah dan tentunya belajar. Tepat setelah adzan maghrib, Nabila sembahyang dan segera belajar untuk tugas Biologi yang tentunya harus ia siapkan karena besok kegiatan praktikum disekolah untuk siswa kelas 2 akan serentak dilaksanakan di laboratorium sekolah. Nabila terlihat sedang menyiapkan peralatan yang besok harus ia bawa, diantaranya ada jas laboratorium dan lainya. Setelah menyiapkan peralatan yang harus dibawanya besok, ia duduk dimeja belajar kamarnya sambil membaca buku Biologi yang dibelinya siang tadi. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, “ Tok tok tok ! “ terdengar ketukan pintu itu berulang-ulang. Ibu yang sedang menonton TV segera membuka pintu dan ternyata yang bertamu adalah Fahri. “ Eh Assallamualaikum bu, Nabila nya ada ? “ tanya Fahri yang pada saat itu mengenakan jaket jeans dan membawa tas belajar. “ Waalaikumsalam, oh Fahri, ayo masuk, Nabila ada dikamar, Ibu panggilkan ya, ayo masuk ri “ begitulah ramahnya Ibu Nabila mempersilahkan sahabat putrinya itu untuk masuk kedalam rumah. Masuklah Fajri dan duduk di ruang tengah, sementara Ibu memanggil Nabila yang sedang berada dikamar. “ Na, ada Fahri “ panggil Ibu didepan pintu kamar Nabila, “ iya bu, iya “ Nabila pun keluar kamar sambil masih membawa buku Biologinya yang sedang ia baca. “ Ibu bikinin air ya “ mendengar itu, Nabila meminta agar dirinya saja yang membuatkan air minum untuk Fahri. “ Ga usah bu, biar sama Nabila aja, Ibu mending istirahat, kan cape seharian udah kerja “ ucap Nabila. “Iya sudah kalo begitu, nak Fahri Ibu tinggal dulu ya, Ibu mau istirahat “ masuklah ibu kedalam kamar. Ya, karena sudah menjadi sahabat sejak kecil, jadi cukup biasa bagi Ibu Nabila mempersilahkan putrinya untuk bersama Fahri, sekedar mengobrol di ruang tengah seperti adik dan kakak, kebetulan memang usia Fahri diatas Nabila, jadi persahabatan mereka sudah seperti kakak dan adik. Denga membawa minuman hangat yang dibuatkan Nabila, susu cokelat hangat untuk Fahri dan susu cokelat putih untuk dirinya sendiri, ia pun menghampiri Fahri yang sudah menunggu diruang tengah. “ Hai, tumben kamu main kesini, gak pacaran ri ? “ celoteh Nabila sambil sedikit menyindir Fahri yang memang sedang jatuh cinta kepada Sheila. “ Ah kamu bisa aja Na, hahaha, wah tahu aja nih kesukaan aku dari dulu “ balas Fahri yang sangat senang sekali dibuatkan susu cokelat hangat oleh Nabila. Ya, dari kecil , memang keduanya memiliki kesukaan tersendiri, Nabila yang sangat menyukai susu cokelat putih dan sebaliknya Fahri yang menyukai susu cokelat hangat. Nabila duduk disamping Fahri, tersenyum sambil memegang buku Biologinya yang masih ia baca untuk persiapan praktikum esok. “ Ada apa nih ri, mau belajar bareng ? “ tanya Nabila. “ Enggak sih Na, mau curhat, boleh ? “ ucap Fahri sambil senyum-senyum sendiri. “ Ya, boleh, tapi kamu udah baca-baca belum buat praktikum besok ? “ tanya Nabila, “ udah dong, tadi sore udah aku baca semuanya na, soalnya malemnya aku pengen cerita banyak sama kamu “ balas Fahri, sedikit penasaran, Nabila tersenyum sambil bertanya-tanya dalam hatinya, kira-kira apa yang akan diceritakan sahabtnya it. Fahri pun mulai bercerita bahwa dia sebenarnya sudah jadian dengan Sheila sepulang dari toko buku siang tadi. Ya, mendengar itu, tentu Nabila ikut senang karena akhirnya sahabatnya bisa mendapatkan pacar yang disukainya. “ Oh iya na, kan ceritanya aku sekarang udah jadian, aku besok mau ajak jalan-jalan kamu deh boleh ? beres pulang dari sekolah, kebetulan besok Sheila ada les biola sampe sore, jadi aku kosong nih, mau aku traktir apa nih ? “ tanya Fahri kepada Nabila. “ Ah, kamu, emang aku udah ngapain sih sampe mau ajak jalan segala ? “ tanya Nabila keheranan, “ ya gak gitu, kan kamu sahabat terbaik aku Na, sekarang aku lagi seneng nih, jadi bolehlah aku bagi-bagi seneng aku “ jawab Fahri. Nabila tidak banyak menolak, iya pun mengiyakan ajakan Fahri yang tampaknya memang sedang bahagia karena baru jadian dengan Sheila. Usailah obrolan mereka, Fahri pamit pulang kepada Ibu, waktu sudah menunjukan pukul 09.00 malam. Nabila masuk kekamarnya dan siap-siap untuk tidur. Sebelum tidur, ia tidak sengaja membuka album foto yang ia punya. Isinya ada foto keluarga dan juga foto-foto masa kecilnya bersama keluarga, teman-teman, termasuk Fahri, sahabat dekatnya itu. Sambil ia lihat foto demi foto, sedikit ia meneteskan airmata sambil mengusap beberapa fotonya dimasa kecil bersama Fahri. Entah apa yang ada didalam pikiran Nabila, tapi air matanya perlahan menetes setiap ia buka dilembaran foto tersebut yang ia lihat adalah foto-fotonya bersama Fahri sejak ia kecil dulu. Sebelum ia tidur, masih terlihat Nabila yang memandangi langit-langit kamar, memikirkan seseorang dan memikirkan hari esok. Dalam hatinya bertanya, “ kira-kira besok Fahri mau ajak aku kemana ya?Ah, gimana besok aja lah “.
Pagi tiba begitu cepatnya, nampak Nabila terlihat begitu semangat. Sebelum berangkat ke sekolah, ia mendekati Ibunya, ia memeluk Ibunya dan berkata “ Bu, aku berangkat dulu ya bu, oh iya, makasih banyak ya bu, selama ini Ibu udah jadi Ibu terbaik buat aku, aku selalu berdoa semoga Ibu sehat, ibu panjang umur, Nabila berangkat ya bu, Assallamualaikum “ mendengar perkataan itu, Ibu Nabila terlihat sedikit kebingungan dan aneh, ada apa dengan Nabila, mengapa ia berkata demikian seolah-olah akan berpisah ? “ Ah, iya na, kamu hati-hati ya Na, kamu juga anak yang sudah cukup membanggakan Ibu “ Nabila pamit,memluk ibunya dan mencium tangan ibu yang sudah melahirkanya itu. Jauh dilubuk hati Ibu, sebenarnya ada perasaan tidak enak yang dirasakan Ibu Nabila, tapi sebagai Ibu, tentu saja harus selalu berprasangka baik kepada anaknya agar selalu diberikan keselamatan. Nabila pun berangkat ke sekolah. Tibanya ia disekolah, praktikum Biologi pun dilaksanakan dengan serentak. Seluruh kelas dua SMA menuju Laboratoium Biologi untuk melaksanakan praktikum. Terlihat Nabila yang mengenakan jas lab berwarna putih sudah sangat siap dengan praktikum Biologi. Terlihat pula oleh Nabila Fahri yang memegang tangan Sheila yang juga mengenakan jas lab berwarna putih dari kejauhan. Nabila tersenyum, sesekali ia melambaikan tanganya kepada sahabatnya dan Sheila. Praktikum pun dilaksanakan. Seluruh siswa dengan serius mengikuti prosedur praktikum dengan baik. Terlihat betapa semangatnya Nabila menlaksanakan praktikum Biologi yang sudah ia pelajari sebelumnya dirumah dengan membaca buku panduan yang ia belinya kemarin siang. Kegiatan praktikum pun selesai, terdengar dipengeras suara setiap laboratorium diumumkan bahwa kelompok terbaik dalam kegiatan praktikum akan diumumkan dua jam berikutnya. Semua siswa kelas dua tentu sangat menunggu pengumuman itu. Dan tibalah pengumuman itu diumumkan di Mading sekolah dengan daftar nilai kelompok terbaik selama kegiatan praktikum Biologi. Semua siswa memenuhi koridor tempat Mading Sekolah dipasang. Tak ketinggalan, Nabila pun ingin tahu kira-kira siapa yang menjadi kelompok terbaik praktikum Biologi kali ini, dan ternyata, setelah ia berdesakan dan berusaha melihat pengumuman di papan mading, tertulislah kelompok Nabila Putri menjadi kelompok terbaik mengalahkan 16 kelas lainya di sekolahnya tersebut. Ia pun sangat bergembira dengan nilai yang ia peroleh beserta grup praktikum nya dalam mata pelajaran Biologi tersebut. Jam sekolah pun selesai, waktunya Nabila untuk menemui Fahri yang akan mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat yang masih belum ia ketahui. Fahri pun menunggu Nabila digerbang sekolah, kebetulan Sheila sudah pulang duluan karena ia harus segera pergi ke tempat les biola nya. Nabila pun menghampiri Fahri dan segera menaiki motor Fahri. Akhirnya tertebaklah sudah kemana Fahri mengajak Nabila pergi, ia diajak Fahri ke daerah pegunungan di Lembang, ya Tangkuban Perahu. Senangnya Nabila selama diboncengi Fahri menuju kawasan hijau yang sejuk itu. Sepanjang perjalanan ia pandangi pohon-pohon hijau itu sambil berteriak kegirangan, Fahri pun terlihat senang melihat Nabila senang diajaknya ke kawasan Lembang menuju Tangkuban Perahu. Laju motor dan angin berlawanan membuat Fahri dan Nabila semakin menikmati indahnya pemandangan kala itu.  Mereka berdua pun sampai di kawasan wisata Tangkuban Perahu dan langsung mendaki gunung yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi dengan legenda sangkuriangya itu. Sesampainya dipuncak gunung tangkuban perahu, Fahri mengajak Nabila duduk disampingnya dan mengobrol. “ Na, indah banget ya pemandanganya “ ucap Fahri sambil memandangi pemandangan Kota Bandung dari puncak gunung itu. “ Iya ri “ jawab Nabila, singkat. Tiba-tiba, Nabila duduk mendekati Fahri, entah mengapa, ia menghela nafas panjang, air matanya tiba-tiba jatuh menetes tanpa alasan. Melihat Nabila yang tiba-tiba menangis, Fahri bertanya keheranan kepada Nabila. “ Kamu kenapa Na ? Kok tiba-tiba nangis ? “ . Nabila menatap Fahri, ia duduk disamping Fahri dan menyandarkan kepalanya dibahu sahabatnya itu. “ Aku gak apa-apa ri “ jawab Nabila, sedikit menyembunyikan sesuatu. Fahri terdiam, ia mengusap kepala sahabat nya itu, entah ia tahu atau tidak apa yang sebenarnya Nabila sedang rasakan. Sebenarnya, Nabila jatuh cinta kepada Fahri, sudah sejak lama, sejak duduk dibangku SMA. Nabila tahu Fahri adalah sahabatnya dari kecil, tapi apa yang bisa ia kendalikan jika hatinya hanya memilih Fahri ? Tapi sampai saat ini, Fahri belum tahu, bahkan Nabila tidak berani bilang. “ Kamu jujur sama aku Na, kamu kenapa ? “ tanya Fahri sekali lagi sambil masih mengusap kepala Nabila yang disandarkan dibahu kirinya. “ Aku ga apa-apa, ri, kalo aku ga ada nanti, jagain Ibu aku ya “ mendengar itu, kagetlah Fahri, “loh, ada apa sih na, kenapa kamu tiba-tiba bilang gitu ? “ Nabila tersenyum, tidak menjawab sedikitpun. Fahri semakin ketakutan, ia membalikan badanya dan memeluk Nabila seraya berkata “ Kamu gak boleh ngomong sembarangan na “ Nabila semakin menangis saat dipeluk Fahri, genggaman tangan Fahri membuat Nabila semakin menangis. Ya, ia rasakan genggaman tangan sahabat yang dicintainya itu. Fahri masih belum tahu, belum. Beberapa saat kemudian, mereka berduapun pulang. Disepanjang perjalanan, tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan Fahri maupun Nabila. Tanpa disadari Fahri, motor yang ia kemudikan melaju dengan kencangnya. Dari arah depan, tiba-tiba saja motor yang melaju dengan kencang itu menabrak sebuah taksi dan “ DUARRR ! “ Fahri dan juga Nabila terjatuh dari motor hingga  terluka parah. Lalu lintas jalan tersebut ramai seketika karena adanya kecelakaan tersebut. Nabila dan Fahri dilarikan kerumah sakit terdekat. Keduanya terluka dan mengalami pendarahan yang cukup parah. Dokter segera memberikan pertolongan semaksimal mungkin, namun ternyata Fahri lah yang terluka lebih parah dari Nabila, seetika itu pula, Nabila yang masih terlihat sadar menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya untuk Fahri yang mengalami pendarahan cukup parah karena jika tidak ditolong dengan segera, Fahri tidka bisa diselamatkan. Nabila memaksa dokter untuk mengambil darahnya itu yang kebetulan berjenis golongan sama dengan Fahri yaitu  “0”. Sementara dokter yang tidak bisa menunggu lama lagi demi keselamatan pasienya, dokter pun memutuskan untuk mengambil darah Nabila sebagai donor bagi Fahri karena stok di rumah sakit untuk golongan darah “0” terbatas. Nabila menandatangani surat ketersediaan donor sambil masih terbaring dikasur rumah sakit. Donor pun dilakukan, Fahri yang mengalami pendarahan yang cukup parah tertolong oleh donor Nabila yang membuat Fahri tidak kekurangan cairan tubuhnya itu.
Kondisi Fahri masih belum membaik, begitu juga Nabila, setelah mendonorkan darahnya, Nabila malah menjadi semakin lemas. Barulah setelah pertolongan pertama gawat darurat diberikan, pihak rumah sakit segera menghubungi keluarga Nabila juga Fahri. Ibu Nabila datang segera menuju rumah sakit beserta keluarga Fahri, terlihat Ayah, Ibu dan Kakak-kakak Fahri yang sangat terkejut berlari menuju ruangan dimana Fahri dirawat. Sementara Ibu Nabila menangis sambil berjalan menuju ruang dimana putrinya itu dirawat. Fahri masih belum sadarkan diri, tim dokter menjelaskan apa yang terjadi pada keduanya, bukan hanya itu, dokter juga memberitahukan jika Fahri yang sudah hampir tidak tertolong akibat pendarahan yang cukup parah bisa kembali tertolong karena donor yang diberikan oleh Nabila. Beberapa hari berlalu, Fahri sudah sadarkan diri walau kondisinya masih lemas, tetapi Nabila, karena ia perempuan yang memiliki daya tahan tubuh tidak sekuat Fahri, kondisi tubuhnya melemas. Ibu Nabila tidak henti-hentinya mendampingi putrinya itu setiap hari, menangis dan berdoa agar Nabila bisa kembali ke keadaan seperti semula. Keluarga Fahri pun berada di ruangan Nabila, berdoa dan berharap agar sahabat Fahri yang sudah bersedia mendonorkan darahnya untuk Fahri bisa segera sembuh. Tetapi sayang sekali, ternyata setelah diperiksa lebih teliti oleh dokter, hasil diagnosa rumah sakit menyatakan bahwa Nabila sebenarnya mengalami benturan keras dikepalanya dan baru terasa beberapa hari setelah kecelakaan. Yang paling membuat kondisinya tambah parah adalah ketika Nabila yang memaksakan diri untuk memberikan pertolongan darurat kepada Fahri dengan mendonorkan darahnya dalam jumlah yang banyak. Hingga sampai Fahri sadarkan diri, Nabila masih belum sadar, Ibunya menangis, selalu menangis dan berdoa agar putrinya diberikan kesembuhan juga. Haripun berlalu, sampai sekarang terlihat didalam ruangan Nabila hanya ada Ibu dan Fahri yang menemani Nabila, sisanya, keluarga Fahri dan beberapa teman Nabila dari sekolah menunggu giliran untuk bisa menjenguk Nabila karena memang tidak boleh terlalu banyak orang didalam ruangan itu. Terlihat Fahri yang memegang tangan Nabila, sahabatnya itu kini sama sekali tak berdaya, sesekali Fahri meneteskan airmatanya, mengingat semua hal yang ia lalui bersama sahabatnya. Ibu Nabila masih saja berdoa dan menangis melihat putrinya itu. Ibupun bercerita kepada Fahri, ibu menceritakan Nabila akhir-akhir ini selalu tertidur dikamar dengan memegang album foto masa kecilnya bersama Fahri. Dari situ, Fahri mengerti, ia mengerti bahwa Nabila menyimpan perasaan kepada dirinya. Semakin ia genggam tangan Nabila, ia kecup kening Nabila, hingga akhirnya Nabila menghembuskan nafas terakhirnya. Fahri berteriak “Nabilaaaaa !!! “ Ibu Nabila menangis,  tim dokter berdatangan dan mencoba memberikan pertolongan semampu mereka menggunakan peralatan yang ada, tapi apa daya, Tuhan berkehendak lain, Nabila meninggal sore itu. Terdengar suara tangisan keluarga Fahri yang juga ada di ruangan itu, Fahri terus saja memegang tangan sahabatnya itu, beberapa teman sekolah tak henti-hentinya menangis dari luar ruangan. Ya, Nabila pergi untuk selama-lamanya. Sekarang tidak ada lagi Nabila yang menjadi sahabat terbaik Fahri, yang menjadi penyiar untuk para pendengarnya disetiap malam, yang menjadi putri terbaik dari ibunya, ia harus pulang ke tempat yang sesungguhnya. Nabila menyimpan perasaan cinta untuk sahabat satu-satunya itu, tetapi sampai kematianya, ia tidak berani mengungkapkan perasaanya. Bukan karena ia malu, bukan karena ia takut, ia menghargai persahabatanya dengan Fahri, ia menghargai ketika Fahri mulai jatuh cinta pada Sheila, wanita yang disukainya baru-baru ini. Nabila menyadari bahwa persahabatan tidak akan pernah padam, sesekali Nabila hanya bisa menangis menahan perasaan cintanya untuk sahabatnya itu. Untuk Nabila, itu lebih baik daripada merusak persahabatanya dengan Fahri gara-gara egonya untuk mencintai Fahri, ya, itu karena ia paham, FRIENDSHIP IS NEVER DIES ! J Selamat Jalan Nabila ...


Diki Irdan


Sedang dilombakan dalam Lomba Cerpen Persahabatan Majalah Aneka Yess
Ayo VOTE dengan LIKE ya ! Kunjungi ya  Visit Link nya, terus klik LIKE dibawah ceritanya, thank you :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar