Selamat Jalan Nabila
(Nabila dan Fahri)
Siapa yang
tahu rencana Tuhan ? Tidak ada ! Satupun dari kita tidak pernah bisa menebak
apa yang akan terjadi pada diri kita, sekalipun menebak-nebak, kenyataanya
selalu tidak sesuai dengan harapan. Ya, itulah yang dialami Nabila, gadis
remaja berusia 17 tahun itu kini hanya bisa terbaring kaku di sebuah kamar
rumah sakit, berharap Tuhan menyembuhkanya, atau dengan segera mengakhiri waktu
hidupnya. Tidak ada pilihan lain.Rasanya belum lama ini, kondisi Nabila masih baik-baik
saja, kecelakaan yang dialami Nabila membuatnya harus pasrah dengan takdir yang
diberikan Tuhan.
Nabila adalah
sosok yang selalu ceria, ia duduk dibangku kelas 2 SMA di Kota Bandung.
Dikelas, banyak sekali anak-anak pria yang menyukai Nabila, tapi selama ini
Nabila tidak mau merespon atau melirik satupun dari mereka yang menyukai
dirinya, bukan karena ia sombong atau sok jual mahal, tetapi ia menyimpan
perasaan yang tulus untuk seseorang, ia masih memendamnya dan belum berani
mengungkapkan rasa cintanya itu, ia pikir, suatu saat nanti, akan ada waktu
yang tepat untuk menceritakan perasaanya ini. Nabila tinggal bersama Ibunya,
Ayahnya sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ya sekitar tahun
2003, Nabila ditinggal pergi Ayahnya secara tiba-tiba karena sakit. Saat ini
Nabila sudah menginjak usia remaja, bersama Ibunya yang hanya bekerja sebagai
pembantu rumah tangga, mereka berjuang
untuk bisa bertahan melawan kehidupan yang keras di zaman modern ini. Untungnya
bakat Nabila dalam berbicara bisa membuatnya mendapatkan pekerjaan sampingan
sambil sekolah dengan menjadi penyiar radio di salah satu stasiun radio swasta
di Kota Bandung. Lumayanlah, setidaknya penghasilanya dari bekerja sampingan
sebagai penyiar radio bisa sedikit meringankan beban Ibunya untuk membiayai
kebutuhan Nabila. Sekitar pukul 07.00 malam ketika Nabila harus pergi ke radio
untuk siaran di program acaranya, ia diantar oleh Fahri. Ya, Fahri adalah
sahabat Nabila dari kecil. Sosok pria remaja yang sangat tampan dan perhatian kepada
Nabila. Tapi mereka hanya bersahabat, tidak lebih. “ Makasih ya ri, jangan lupa
loh, dengerin aku siaran malam ini ! “ ungkap Nabila sambil tersenyum kepada
Fahri seraya turun dari motor. Fahri mengangguk dan menjawab “ Iya Na, tenang
aja, ntar aku request lagu pokoknya ! Oh iya, pulangnya aku jemput ya kayak
biasa “ ucap Fahri. Ya, karena Nabila baru selesai siaran jam 10 malam, Fahri
selalu bersedia menjemput pulang sahabatnya itu, mungkin Fahri kasihan melihat
Nabila yang harus bekerja sambil sekolah dan harus pulang sendirian ditengah
malam. Sebagai sahabat, ia rela menjemputnya, dengan ikhlas.
Paginya,
sebelum Nabila berangkat ke sekolah, ia ditanya oleh Ibunya, “Apa kamu gak
capek siaran malam terus Na ? “ tanya Ibu kepada Nabila. Mendengar pertanyaan
itu, Nabila tersenyum, menghela nafas dan menjawab “ Hmmh, gak apa-apa bu, ini
kan hobi aku, lagian juga lumayan kan buat nambah-nambah uang sekolah “ lembut
sekali jawaban Nabila menjawab pertanyaan Ibunya. Mendengar jawaban dari
Nabila, Ibunya tidak tega melarang lebih jauh pekerjaan sampingan yang juga
merupakan hobi Nabila itu. “ Ya sudah kalo begitu “ jawab ibu sambil tersenyum
dan mengusap rambut Nabila. “Aku berangkat dulu ya bu, Assallamualaikum “ pamit
Nabila kepada Ibunya. Sesampainya disekolah, sebelum jam belajar dimulai,
Nabila duduk dibangku taman sekolah dan mengobrol dengan beberapa temanya.
Tiba-tiba dari belakang ia dikagetkan oleh Fahri “ Daarr ! “ Nabila pun kaget
dan sedikit marah “ Fahri ! kirain apaan, ngagetin aja ! “ ucap Nabila.
Merekapun duduk ditaman dan mengobrol banyak, tapi ada yang berbeda, wajah
Fahri lebih ceria dari biasanya. Ternyata benar, Fahri sedang jatuh cinta
kepada teman sekelasnya, namanya Sheila, gadis yang sangat cantik. Mendengar
itu, Nabila tersenyum dan menjawab “ Kalo kamu suka, kamu kejar dia Ri,
tunjukin kalo kamu pantas buat jadi cowok dia ! “ Fahri pun tampak senang
dengan ucapan Nabila, “ Makasih ya na, oh iya, ntar malem pas kamu siaran aku
mau request lagu buat dia ya, tapi aku pasti calling dia juga hehehe “ ungkap
Fahri sambil tersenyum-senyum sendiri, “ iya iya, siap ri “ jawab Nabila. Seperginya Fahri ke kelas,
Nabila yang masih duduk di bangku taman sekolah tiba-tiba berubah ekspresi
wajahnya yang tadinya tersenyum, tiba-tiba sedikit sedih. Entah kenapa, tapi
wajahnya sedikit murung mendengar cerita Fahri.
Bel sekolah berbunyi, tandanya pelajaran sekolah sudah selesai. Nabila
terlihat berjalan sendiri menuju gerbang sekolah untuk pulang, ketika ia
berjalan melewati gerbang sekolahnya, suara klakson motor berbunyi dari
belakang, ternyata itu Fahri. Nabila kira Fahri akan mengantarnya pulang, tapi
ia lihat ada perempuan yang dibonceng Fahri. “ Na, aku duluan ya, kamu
hati-hati ya Na! “ sapa Fahri kepada Nabila sambil terlihat senyum kegirangan bisa
mulai dekat dengan cewek yang disukainya itu. “ Iya ri, hati-hati ya ! “ jawab
Nabila. Fahri pun berlalu dan sama sekali cewek yang diboncengi Fahri tidak
menyapa Nabila, entah cemburu atau tidak tapi mungkin dia masih malu untuk
menyapa Nabila. Sepanjang perjalanan pulang, didalam angkot, Nabila memandangi
jalan, sepertinya ia memikirkan sesuatu, ya ia memikirkan Fahri. Nabila
mengingat semua hal yang sudah ia lalui bersama Fahri sahabatnya sejak kecil
itu. Dalam hatinya, ia berkata “ Ya Allah, ada apa aku ini,kenapa tiba-tiba aku
seperti cemburu kalo Fahri dekat sama wanita lain “ Nabila berhenti memikirkan
hal itu ia kembali memandangi jalan lewat jendela angkot tanpa memikirkan
Fahri.
Sesampainya
dirumah, Nabila bergegas mengganti pakaianya dan langsung pamit kepada Ibunya,
“ bu, Nabila pamit ya, ada buku yang harus dibeli untuk semester ini “ pamit
Nabila kepada Ibunya yang sedang membersihkan rumah. “Iya Na, berangkat sama
siapa? Fahri ? “ tanya Ibu kepada Nabila, mendengar itu, ia hanya tersenyum dan
menjawab “ enggak bu, Fahri lagi ada urusan, aku pergi sendiri “ jawabnya
sambil tersenyum dan sedikit menghela nafas panjang. “Ya sudah hati-hati ya”
ucap Ibunya, Nabila pun pamit dengan mencium tangan Ibunya. Akhirnya ia sampai
di toko buku yang ia tuju, dengan gaya yang sederhana, kardigan merah dan
celana pendek yang ia kenakan, terlihat sangat cantik sekali Nabila di siang
hari itu, ia pun segera menuju rak buku tujuanya yaitu buku Biologi yang
menjadi tugas hampir seluruh siswa disekolahnya menjelang ujian praktikum
Biologi. Sambil meilih-milih buku, tiba-tiba ia lihat dipojok kanan toko buku,
terlihat Fahri yang juga sepertinya sedang mencari-cari buku yang sama. Tapi
Fahri tidak sendiri, ia bersama dengan wanita bernama Sheila, teman sekelasnya
yang ia kagumi akhir-akir ini. Sontak, Nabila kaget dengan apa yang dilihatnya,
tetapi sepertinya Fahri dan Sheila masih kebingungan mencari buku yang
ditugaskan dari sekolah. Nabila pun menghampiri mereka. “ Hai, ri, lagi cari
buku juga ? “ tanya Nabila, “ Ia Na, oh iya nih, belum kenalan ya, kenalin nih,
Sheila “ jawab Fahri sambil sedikit malu-malu mengenalkan Sheila kepada Nabila.
Sambil terenyum, Sheila pun menjabat tangan Nabila, “ Hai, aku Sheila, kamu
pasti Nabila ya ? Fahri banyak cerita nih tentang kamu ” ucap Sheila kepada
Nabila. Mendengar itu Nabila tersenyum seraya menjawab “ Ah, iya, aku Nabila,
temen Fahri dari SD “. Merekapun berkenalan dan saling mengobrol satu sama
lain, sesekali Nabila menatap wajah Fahri yang dilihatnya berbeda dari biasanya,
semenjak bersama Sheila, wajah sahabtnya itu semakin terlihat riang, berbeda
sekali. Selesai membeli buku, mereka bertiga pun meninggalkan toko buku, karena
motor yang dibawa Fahri hanya bisa digunakan untuk membonceng satu orang,
Nabila pun mengalah dan membiarkan Fahri mengantar Sheila untuk pulang. Ya,
biasanya kemana-mana Nabila selalu diantar Fahri, tapi sekarang berbeda, Fahri
sedang merasakan apa yang dinamakan cinta.
Siang
berganti malam, hari ini jadwal siaran Nabila di radio kebetulan sedang kosong,
jadi ia bisa diam dirumah dan tentunya belajar. Tepat setelah adzan maghrib,
Nabila sembahyang dan segera belajar untuk tugas Biologi yang tentunya harus ia
siapkan karena besok kegiatan praktikum disekolah untuk siswa kelas 2 akan
serentak dilaksanakan di laboratorium sekolah. Nabila terlihat sedang
menyiapkan peralatan yang besok harus ia bawa, diantaranya ada jas laboratorium
dan lainya. Setelah menyiapkan peralatan yang harus dibawanya besok, ia duduk
dimeja belajar kamarnya sambil membaca buku Biologi yang dibelinya siang tadi.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, “ Tok tok tok ! “ terdengar
ketukan pintu itu berulang-ulang. Ibu yang sedang menonton TV segera membuka
pintu dan ternyata yang bertamu adalah Fahri. “ Eh Assallamualaikum bu, Nabila
nya ada ? “ tanya Fahri yang pada saat itu mengenakan jaket jeans dan membawa
tas belajar. “ Waalaikumsalam, oh Fahri, ayo masuk, Nabila ada dikamar, Ibu
panggilkan ya, ayo masuk ri “ begitulah ramahnya Ibu Nabila mempersilahkan
sahabat putrinya itu untuk masuk kedalam rumah. Masuklah Fajri dan duduk di
ruang tengah, sementara Ibu memanggil Nabila yang sedang berada dikamar. “ Na,
ada Fahri “ panggil Ibu didepan pintu kamar Nabila, “ iya bu, iya “ Nabila pun
keluar kamar sambil masih membawa buku Biologinya yang sedang ia baca. “ Ibu
bikinin air ya “ mendengar itu, Nabila meminta agar dirinya saja yang
membuatkan air minum untuk Fahri. “ Ga usah bu, biar sama Nabila aja, Ibu
mending istirahat, kan cape seharian udah kerja “ ucap Nabila. “Iya sudah kalo
begitu, nak Fahri Ibu tinggal dulu ya, Ibu mau istirahat “ masuklah ibu kedalam
kamar. Ya, karena sudah menjadi sahabat sejak kecil, jadi cukup biasa bagi Ibu
Nabila mempersilahkan putrinya untuk bersama Fahri, sekedar mengobrol di ruang
tengah seperti adik dan kakak, kebetulan memang usia Fahri diatas Nabila, jadi
persahabatan mereka sudah seperti kakak dan adik. Denga membawa minuman hangat
yang dibuatkan Nabila, susu cokelat hangat untuk Fahri dan susu cokelat putih
untuk dirinya sendiri, ia pun menghampiri Fahri yang sudah menunggu diruang
tengah. “ Hai, tumben kamu main kesini, gak pacaran ri ? “ celoteh Nabila
sambil sedikit menyindir Fahri yang memang sedang jatuh cinta kepada Sheila. “
Ah kamu bisa aja Na, hahaha, wah tahu aja nih kesukaan aku dari dulu “ balas
Fahri yang sangat senang sekali dibuatkan susu cokelat hangat oleh Nabila. Ya,
dari kecil , memang keduanya memiliki kesukaan tersendiri, Nabila yang sangat
menyukai susu cokelat putih dan sebaliknya Fahri yang menyukai susu cokelat hangat.
Nabila duduk disamping Fahri, tersenyum sambil memegang buku Biologinya yang
masih ia baca untuk persiapan praktikum esok. “ Ada apa nih ri, mau belajar
bareng ? “ tanya Nabila. “ Enggak sih Na, mau curhat, boleh ? “ ucap Fahri
sambil senyum-senyum sendiri. “ Ya, boleh, tapi kamu udah baca-baca belum buat
praktikum besok ? “ tanya Nabila, “ udah dong, tadi sore udah aku baca semuanya
na, soalnya malemnya aku pengen cerita banyak sama kamu “ balas Fahri, sedikit
penasaran, Nabila tersenyum sambil bertanya-tanya dalam hatinya, kira-kira apa
yang akan diceritakan sahabtnya it. Fahri pun mulai bercerita bahwa dia
sebenarnya sudah jadian dengan Sheila sepulang dari toko buku siang tadi. Ya,
mendengar itu, tentu Nabila ikut senang karena akhirnya sahabatnya bisa
mendapatkan pacar yang disukainya. “ Oh iya na, kan ceritanya aku sekarang udah
jadian, aku besok mau ajak jalan-jalan kamu deh boleh ? beres pulang dari
sekolah, kebetulan besok Sheila ada les biola sampe sore, jadi aku kosong nih,
mau aku traktir apa nih ? “ tanya Fahri kepada Nabila. “ Ah, kamu, emang aku
udah ngapain sih sampe mau ajak jalan segala ? “ tanya Nabila keheranan, “ ya
gak gitu, kan kamu sahabat terbaik aku Na, sekarang aku lagi seneng nih, jadi
bolehlah aku bagi-bagi seneng aku “ jawab Fahri. Nabila tidak banyak menolak,
iya pun mengiyakan ajakan Fahri yang tampaknya memang sedang bahagia karena
baru jadian dengan Sheila. Usailah obrolan mereka, Fahri pamit pulang kepada
Ibu, waktu sudah menunjukan pukul 09.00 malam. Nabila masuk kekamarnya dan
siap-siap untuk tidur. Sebelum tidur, ia tidak sengaja membuka album foto yang
ia punya. Isinya ada foto keluarga dan juga foto-foto masa kecilnya bersama
keluarga, teman-teman, termasuk Fahri, sahabat dekatnya itu. Sambil ia lihat
foto demi foto, sedikit ia meneteskan airmata sambil mengusap beberapa fotonya
dimasa kecil bersama Fahri. Entah apa yang ada didalam pikiran Nabila, tapi air
matanya perlahan menetes setiap ia buka dilembaran foto tersebut yang ia lihat
adalah foto-fotonya bersama Fahri sejak ia kecil dulu. Sebelum ia tidur, masih
terlihat Nabila yang memandangi langit-langit kamar, memikirkan seseorang dan
memikirkan hari esok. Dalam hatinya bertanya, “ kira-kira besok Fahri mau ajak
aku kemana ya?Ah, gimana besok aja lah “.
Pagi tiba begitu
cepatnya, nampak Nabila terlihat begitu semangat. Sebelum berangkat ke sekolah,
ia mendekati Ibunya, ia memeluk Ibunya dan berkata “ Bu, aku berangkat dulu ya
bu, oh iya, makasih banyak ya bu, selama ini Ibu udah jadi Ibu terbaik buat
aku, aku selalu berdoa semoga Ibu sehat, ibu panjang umur, Nabila berangkat ya
bu, Assallamualaikum “ mendengar perkataan itu, Ibu Nabila terlihat sedikit
kebingungan dan aneh, ada apa dengan Nabila, mengapa ia berkata demikian
seolah-olah akan berpisah ? “ Ah, iya na, kamu hati-hati ya Na, kamu juga anak
yang sudah cukup membanggakan Ibu “ Nabila pamit,memluk ibunya dan mencium
tangan ibu yang sudah melahirkanya itu. Jauh dilubuk hati Ibu, sebenarnya ada
perasaan tidak enak yang dirasakan Ibu Nabila, tapi sebagai Ibu, tentu saja
harus selalu berprasangka baik kepada anaknya agar selalu diberikan
keselamatan. Nabila pun berangkat ke sekolah. Tibanya ia disekolah, praktikum
Biologi pun dilaksanakan dengan serentak. Seluruh kelas dua SMA menuju
Laboratoium Biologi untuk melaksanakan praktikum. Terlihat Nabila yang
mengenakan jas lab berwarna putih sudah sangat siap dengan praktikum Biologi.
Terlihat pula oleh Nabila Fahri yang memegang tangan Sheila yang juga
mengenakan jas lab berwarna putih dari kejauhan. Nabila tersenyum, sesekali ia
melambaikan tanganya kepada sahabatnya dan Sheila. Praktikum pun dilaksanakan.
Seluruh siswa dengan serius mengikuti prosedur praktikum dengan baik. Terlihat
betapa semangatnya Nabila menlaksanakan praktikum Biologi yang sudah ia
pelajari sebelumnya dirumah dengan membaca buku panduan yang ia belinya kemarin
siang. Kegiatan praktikum pun selesai, terdengar dipengeras suara setiap
laboratorium diumumkan bahwa kelompok terbaik dalam kegiatan praktikum akan
diumumkan dua jam berikutnya. Semua siswa kelas dua tentu sangat menunggu
pengumuman itu. Dan tibalah pengumuman itu diumumkan di Mading sekolah dengan
daftar nilai kelompok terbaik selama kegiatan praktikum Biologi. Semua siswa
memenuhi koridor tempat Mading Sekolah dipasang. Tak ketinggalan, Nabila pun
ingin tahu kira-kira siapa yang menjadi kelompok terbaik praktikum Biologi kali
ini, dan ternyata, setelah ia berdesakan dan berusaha melihat pengumuman di
papan mading, tertulislah kelompok Nabila Putri menjadi kelompok terbaik
mengalahkan 16 kelas lainya di sekolahnya tersebut. Ia pun sangat bergembira
dengan nilai yang ia peroleh beserta grup praktikum nya dalam mata pelajaran
Biologi tersebut. Jam sekolah pun selesai, waktunya Nabila untuk menemui Fahri
yang akan mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat yang masih belum ia ketahui.
Fahri pun menunggu Nabila digerbang sekolah, kebetulan Sheila sudah pulang
duluan karena ia harus segera pergi ke tempat les biola nya. Nabila pun
menghampiri Fahri dan segera menaiki motor Fahri. Akhirnya tertebaklah sudah
kemana Fahri mengajak Nabila pergi, ia diajak Fahri ke daerah pegunungan di
Lembang, ya Tangkuban Perahu. Senangnya Nabila selama diboncengi Fahri menuju
kawasan hijau yang sejuk itu. Sepanjang perjalanan ia pandangi pohon-pohon
hijau itu sambil berteriak kegirangan, Fahri pun terlihat senang melihat Nabila
senang diajaknya ke kawasan Lembang menuju Tangkuban Perahu. Laju motor dan
angin berlawanan membuat Fahri dan Nabila semakin menikmati indahnya
pemandangan kala itu. Mereka berdua pun
sampai di kawasan wisata Tangkuban Perahu dan langsung mendaki gunung yang
memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi dengan legenda sangkuriangya itu.
Sesampainya dipuncak gunung tangkuban perahu, Fahri mengajak Nabila duduk
disampingnya dan mengobrol. “ Na, indah banget ya pemandanganya “ ucap Fahri
sambil memandangi pemandangan Kota Bandung dari puncak gunung itu. “ Iya ri “
jawab Nabila, singkat. Tiba-tiba, Nabila duduk mendekati Fahri, entah mengapa,
ia menghela nafas panjang, air matanya tiba-tiba jatuh menetes tanpa alasan.
Melihat Nabila yang tiba-tiba menangis, Fahri bertanya keheranan kepada Nabila.
“ Kamu kenapa Na ? Kok tiba-tiba nangis ? “ . Nabila menatap Fahri, ia duduk
disamping Fahri dan menyandarkan kepalanya dibahu sahabatnya itu. “ Aku gak
apa-apa ri “ jawab Nabila, sedikit menyembunyikan sesuatu. Fahri terdiam, ia
mengusap kepala sahabat nya itu, entah ia tahu atau tidak apa yang sebenarnya
Nabila sedang rasakan. Sebenarnya, Nabila jatuh cinta kepada Fahri, sudah sejak
lama, sejak duduk dibangku SMA. Nabila tahu Fahri adalah sahabatnya dari kecil,
tapi apa yang bisa ia kendalikan jika hatinya hanya memilih Fahri ? Tapi sampai
saat ini, Fahri belum tahu, bahkan Nabila tidak berani bilang. “ Kamu jujur
sama aku Na, kamu kenapa ? “ tanya Fahri sekali lagi sambil masih mengusap
kepala Nabila yang disandarkan dibahu kirinya. “ Aku ga apa-apa, ri, kalo aku
ga ada nanti, jagain Ibu aku ya “ mendengar itu, kagetlah Fahri, “loh, ada apa
sih na, kenapa kamu tiba-tiba bilang gitu ? “ Nabila tersenyum, tidak menjawab
sedikitpun. Fahri semakin ketakutan, ia membalikan badanya dan memeluk Nabila
seraya berkata “ Kamu gak boleh ngomong sembarangan na “ Nabila semakin
menangis saat dipeluk Fahri, genggaman tangan Fahri membuat Nabila semakin
menangis. Ya, ia rasakan genggaman tangan sahabat yang dicintainya itu. Fahri
masih belum tahu, belum. Beberapa saat kemudian, mereka berduapun pulang.
Disepanjang perjalanan, tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan Fahri maupun
Nabila. Tanpa disadari Fahri, motor yang ia kemudikan melaju dengan kencangnya.
Dari arah depan, tiba-tiba saja motor yang melaju dengan kencang itu menabrak
sebuah taksi dan “ DUARRR ! “ Fahri dan juga Nabila terjatuh dari motor hingga terluka parah. Lalu lintas jalan tersebut
ramai seketika karena adanya kecelakaan tersebut. Nabila dan Fahri dilarikan
kerumah sakit terdekat. Keduanya terluka dan mengalami pendarahan yang cukup
parah. Dokter segera memberikan pertolongan semaksimal mungkin, namun ternyata
Fahri lah yang terluka lebih parah dari Nabila, seetika itu pula, Nabila yang
masih terlihat sadar menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya untuk Fahri
yang mengalami pendarahan cukup parah karena jika tidak ditolong dengan segera,
Fahri tidka bisa diselamatkan. Nabila memaksa dokter untuk mengambil darahnya
itu yang kebetulan berjenis golongan sama dengan Fahri yaitu “0”. Sementara dokter yang tidak bisa
menunggu lama lagi demi keselamatan pasienya, dokter pun memutuskan untuk
mengambil darah Nabila sebagai donor bagi Fahri karena stok di rumah sakit untuk
golongan darah “0” terbatas. Nabila menandatangani surat ketersediaan donor
sambil masih terbaring dikasur rumah sakit. Donor pun dilakukan, Fahri yang
mengalami pendarahan yang cukup parah tertolong oleh donor Nabila yang membuat
Fahri tidak kekurangan cairan tubuhnya itu.
Kondisi Fahri
masih belum membaik, begitu juga Nabila, setelah mendonorkan darahnya, Nabila
malah menjadi semakin lemas. Barulah setelah pertolongan pertama gawat darurat
diberikan, pihak rumah sakit segera menghubungi keluarga Nabila juga Fahri. Ibu
Nabila datang segera menuju rumah sakit beserta keluarga Fahri, terlihat Ayah,
Ibu dan Kakak-kakak Fahri yang sangat terkejut berlari menuju ruangan dimana
Fahri dirawat. Sementara Ibu Nabila menangis sambil berjalan menuju ruang
dimana putrinya itu dirawat. Fahri masih belum sadarkan diri, tim dokter
menjelaskan apa yang terjadi pada keduanya, bukan hanya itu, dokter juga
memberitahukan jika Fahri yang sudah hampir tidak tertolong akibat pendarahan
yang cukup parah bisa kembali tertolong karena donor yang diberikan oleh
Nabila. Beberapa hari berlalu, Fahri sudah sadarkan diri walau kondisinya masih
lemas, tetapi Nabila, karena ia perempuan yang memiliki daya tahan tubuh tidak
sekuat Fahri, kondisi tubuhnya melemas. Ibu Nabila tidak henti-hentinya
mendampingi putrinya itu setiap hari, menangis dan berdoa agar Nabila bisa
kembali ke keadaan seperti semula. Keluarga Fahri pun berada di ruangan Nabila,
berdoa dan berharap agar sahabat Fahri yang sudah bersedia mendonorkan darahnya
untuk Fahri bisa segera sembuh. Tetapi sayang sekali, ternyata setelah
diperiksa lebih teliti oleh dokter, hasil diagnosa rumah sakit menyatakan bahwa
Nabila sebenarnya mengalami benturan keras dikepalanya dan baru terasa beberapa
hari setelah kecelakaan. Yang paling membuat kondisinya tambah parah adalah
ketika Nabila yang memaksakan diri untuk memberikan pertolongan darurat kepada
Fahri dengan mendonorkan darahnya dalam jumlah yang banyak. Hingga sampai Fahri
sadarkan diri, Nabila masih belum sadar, Ibunya menangis, selalu menangis dan
berdoa agar putrinya diberikan kesembuhan juga. Haripun berlalu, sampai
sekarang terlihat didalam ruangan Nabila hanya ada Ibu dan Fahri yang menemani
Nabila, sisanya, keluarga Fahri dan beberapa teman Nabila dari sekolah menunggu
giliran untuk bisa menjenguk Nabila karena memang tidak boleh terlalu banyak
orang didalam ruangan itu. Terlihat Fahri yang memegang tangan Nabila,
sahabatnya itu kini sama sekali tak berdaya, sesekali Fahri meneteskan
airmatanya, mengingat semua hal yang ia lalui bersama sahabatnya. Ibu Nabila
masih saja berdoa dan menangis melihat putrinya itu. Ibupun bercerita kepada
Fahri, ibu menceritakan Nabila akhir-akhir ini selalu tertidur dikamar dengan
memegang album foto masa kecilnya bersama Fahri. Dari situ, Fahri mengerti, ia
mengerti bahwa Nabila menyimpan perasaan kepada dirinya. Semakin ia genggam
tangan Nabila, ia kecup kening Nabila, hingga akhirnya Nabila menghembuskan
nafas terakhirnya. Fahri berteriak “Nabilaaaaa !!! “ Ibu Nabila menangis, tim dokter berdatangan dan mencoba memberikan
pertolongan semampu mereka menggunakan peralatan yang ada, tapi apa daya, Tuhan
berkehendak lain, Nabila meninggal sore itu. Terdengar suara tangisan keluarga
Fahri yang juga ada di ruangan itu, Fahri terus saja memegang tangan sahabatnya
itu, beberapa teman sekolah tak henti-hentinya menangis dari luar ruangan. Ya,
Nabila pergi untuk selama-lamanya. Sekarang tidak ada lagi Nabila yang menjadi
sahabat terbaik Fahri, yang menjadi penyiar untuk para pendengarnya disetiap
malam, yang menjadi putri terbaik dari ibunya, ia harus pulang ke tempat yang
sesungguhnya. Nabila menyimpan perasaan cinta untuk sahabat satu-satunya itu,
tetapi sampai kematianya, ia tidak berani mengungkapkan perasaanya. Bukan
karena ia malu, bukan karena ia takut, ia menghargai persahabatanya dengan
Fahri, ia menghargai ketika Fahri mulai jatuh cinta pada Sheila, wanita yang
disukainya baru-baru ini. Nabila menyadari bahwa persahabatan tidak akan pernah
padam, sesekali Nabila hanya bisa menangis menahan perasaan cintanya untuk
sahabatnya itu. Untuk Nabila, itu lebih baik daripada merusak persahabatanya
dengan Fahri gara-gara egonya untuk mencintai Fahri, ya, itu karena ia paham, FRIENDSHIP
IS NEVER DIES ! J Selamat Jalan Nabila ...
![]() |
Diki Irdan Sedang dilombakan dalam Lomba Cerpen Persahabatan Majalah Aneka Yess Ayo VOTE dengan LIKE ya ! Kunjungi ya http://blog.yess-online.com/cinta-persahabatan-dari-nabila-selamat-jalan-nabila Visit Link nya, terus klik LIKE dibawah ceritanya, thank you :) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar