Liputan6.com, Jakarta : Pada Senin 19 Oktober 1987, 2
rangkaian kereta bertabrakan di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. 26
Tahun kemudian, di tempat yang berdekatan, kecelakaan maut kembali
terjadi.
Bedanya, kecelakaan yang terjadi pada Senin
(9/12/2013) ini melibatkan kereta dengan truk bermuatan bensin
berkapasitas 24 ribu liter. Jumlah korban jiwa yang terenggut juga lebih
sedikit.
Pada Tragedi Bintaro 1987, jumlah korban jiwa yang
melayang sebanyak 156 orang, dan ratusan penumpang lainnya luka-luka.
Sementara, pada Tragedi Bintaro 2013, 8 orang dinyatakan meninggal dan
puluhan lainnya terluka.
Tragedi Bintaro 1987
Kecelakaan
Tragedi Bintaro 1987 bermula atas kesalahan kepala Stasiun Serpong yang
memberangkatkan KA 225 ke Stasiun Sudimara, tanpa mengecek kepenuhan
jalur KA di Stasiun Sudimara. Sehingga, ketika KA 225 jurusan
Rangkasbitung-Jakarta Kota tiba di Stasiun Sudimara pada pukul 06.45
WIB, Stasiun Sudimara yang punya 3 jalur saat itu langsung penuh.
KA
225 sedianya bersilang dengan KA 220 Patas di Stasiun Kebayoran yang
hendak ke Merak. KA 220 Patas di Stasiun Kebayoran harusnya berhenti
sejenak, namun PPKA Stasiun Kebayoran tidak mau mengalah dan tetap
memberangkatkan KA 220.
PPKA Stasiun Sudimara pun memerintahkan
juru langsir untuk melangsir KA 225 masuk jalur 3. Saat akan dilangsir,
masinis tidak dapat melihat semboyan yang diberikan, karena penuhnya
lokomotif pada saat itu. Sang masinis pun membunyikan Semboyan 35 dan
berjalan. Juru langsir yang kaget mengejar kereta itu dan naik di
gerbong paling belakang.
Para petugas stasiun kaget, beberapa ada
yang mengejar kereta itu menggunakan sepeda motor. PPKA Sudimara
Djamhari mencoba memberhentikan kereta dengan menggerak-gerakkan sinyal,
namun tidak berhasil. Dia pun langsung mengejar kereta itu dengan
mengibarkan bendera merah. Namun sia-sia, Djamhari pun kembali ke
stasiun dengan sedih, dia membunyikan semboyan genta darurat kepada
penjaga perlintasan Pondok Betung. Tetapi kereta tetap melaju. Setelah
diketahui, ternyata penjaga perlintasan Pondok Betung tidak hafal
semboyan genta.
KA 225 berjalan dengan kecepatan 25km/jam karena
baru melewati perlintasan, sedangkan KA 220 berjalan dengan kecepatan
30km/jam. Dua kereta api yang sama-sama sarat penumpang, Senin pagi itu
bertabrakan di antara Stasiun Pondok Ranji dan Pemakaman Tanah Kusir,
sebelah utara SMUN 86 Bintaro, tepatnya di dekat tikungan melengkung Tol
Bintaro atau lengkungan S yang berjarak kurang lebih 200 m setelah
palang pintu Pondok Betung dan sekitar 8 km sebelum Stasiun Sudimara.
Kedua
kereta hancur, terguling dan ringsek. Kedua lokomotif dengan seri BB
30316 dan BB 30616 rusak berat. Jumlah korban jiwa 156 orang, dan
ratusan penumpang lainnya luka-luka.
Tragedi Bintaro 2013
Truk
B 9265 SEH yang mengangkut BBM berkapasitas 24 kiloliter, dihantam
kereta jurusan Serpong-Tanah Abang di perlintasan kereta Pondok Betung,
Jakarta Selatan. Lokasi tepatnya berada 200 meter dari titik kecelakaan
Tragedi Bintaro 1987.
Insiden yang terjadi sekitar pukul 11.15 WIB
itu berawal saat truk yang datang dari arah Tanah Kusir menuju Pondok
Aren menerobos palang pintu perlintasan. Kereta yang datang dari arah
Serpong menuju Tanah Abang pun langsung menghantam bagian sebelah kiri
truk hingga terseret 20 meter. 4 Ledakan langsung membakar truk dan
lokomotif kereta.
Posisi terakhir truk terguling ke kanan dengan
ban sebelah kiri berada di atas. Posisi kereta, lokomotifnya hangus
terbakar, gerbong 1 dan 2 anjlok ke sebelah kanan. Korban tewas hingga
kini tercatat sebanyak 8 orang, termasuk masinis. Korban luka-luka
sekitar 50 orang. (Mut/Sss)
Source : news.liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar